Minggu, 28 Oktober 2012
tugas K.A.P alias Komunikasi Antar Pribadi
Diposting oleh Unknown di 03.02
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Komunikasi antar pribadi adalah
komunikasi antar dua orang yang memiliki sebuah ikatan atau hubungan Komunikasi
Antar Pribadi menunjuk kepada komunikasi dengan orang lain. Komunikasi
interpersonal merupakan subyek dari beberapa disiplin dalam bidang psikologi,
terutama analisis transaksional.
Komunikasi Antar Pribadi bersifat
dialogis, dalam arus balik antar komunikator dengan komunikan terjadi langsung,
sehingga pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung
tanggapan dari komunikan dan secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya
positif, negatif dan berhasil atau tidak. Komunikasi Antar Pribadi juga sangat
penting dalam hubungan fenomena masyarakat.
Kita
dapat memahami makna atau pengertian dari komunikasi interpersonal dengan mudah
jika sebelumnya kita sudah memahami makna atau pengertian dari komunikasi
intrapersonal. Seperti kasus blowfish yang terjadi
beberapa bulan yang lalu di Jakarta. Kasus ini berawal dari masalah sepele
dimana seorang pengunjung yang berusia dibawah 17 tahun bernama Albert yang
memaksa masuk meskipun petugas keamanan (security) melarang masuk, sehingga
Albert merasa tersinggung dan memiliki dendam. Dari sini lah terpicunya konflik
di diskotik blowfish, Jakarta sehingga terjadilah insiden pengeroyokan hingga
memakan korban jiwa.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
1)
Apakah definisi komunikasi
antar pribadi bagi kehidupan social masyarakat?
2)
Apakah hubungan
interpersonal yang efektif dipengaruhi oleh hubungan interpersonal yang baek?
3)
Apa saja factor yang
mempengaruhi individu dalam komunikasi antar pribadi?
4)
Apa tujuan dari komunikasi
antar pribadi atau yang biasa disebut komunikasi interpersonal?
1.3. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
- Untuk
mengetahui definisi komunikasi antar pribadi bagi kehidupan social
masyarakat.
- Untuk
mengetahui hubungan interpersonal yang efektif.
- Untuk
mengetahui factor yang mempengaruhi individu dalam komunikasi antar
pribadi.
- Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi antar pribadi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi KAP ( Komunikasi Antar Pribadi )
º KAP adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka
antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan
orang (Wiryanto, 2004).
º Komunikasi Interpersonal (KIP) adalah interaksi orang ke orang,
dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara
individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Febrina,
2008).
º KIP Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang
lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi
informasi dan perasaan.
º KIP Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke
beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari
keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu
tujuan.
2.2. Klasifikasi Komunikasi Interpersonal
Redding yang dikutip Muhammad (2004, p.
159-160) mengembangkan klasifikasi komunikasi interpersonal menjadi interaksi
intim, percakapan sosial, interogasi atau pemeriksaan dan wawancara.
- Interaksi intim termasuk komunikasi di antara teman baik, anggota
famili, dan orang-orang yang sudah mempunyai ikatan emosional yang kuat.
- Percakapan sosial adalah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara
sederhana. Tipe komunikasi tatap muka penting bagi pengembangan hubungan
informal dalam organisasi. Misalnya dua orang atau lebih bersama-sama dan
berbicara tentang perhatian, minat di luar organisasi seperti isu politik,
teknologi dan lain sebagainya.
- Interogasi atau pemeriksaan adalah interaksi antara seseorang yang ada
dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut informasi dari yang lain.
Misalnya seorang karyawan dituduh mengambil barang-barang organisasi maka
atasannya akan menginterogasinya untuk mengetahui kebenarannya.
- Wawancara adalah salah satu bentuk komunikasi interpersonal di mana
dua orang terlibat dalam percakapan yang berupa tanya jawab. Misalnya
atasan yang mewawancarai bawahannya untuk mencari informasi mengenai suatu
pekerjaannya.
2.3. Efektivitas
Komunikasi Interpersonal
KAP merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap,
pendapat atau perilaku seseorang. Menurut Kumar (2000: 121-122), Efektivitas
Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan
yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung
(supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).
1. Keterbukaan
(Openness)
Sikap keterbukaan paling tidak menunjuk pada dua aspek dalam komunikasi
antarpribadi. Pertama, kita harus terbuka pada orang lain yang berinteraksi
dengan kita, yang penting adalah adanya kemauan untuk membuka diri pada
masalah-masalah yang umum, agar orang lain mampu mengetahui pendapat, gagasan,
atau pikiran kita sehingga komunikasi akan mudah dilakukan.
Kedua, dari keterbukaan menunjuk pada kemauan kita untuk memberikan
tanggapan terhadap orang lain secara jujur dan terus terang terhadap segala
sesuatu yang dikatakannya.
2. Empati
(empathy)
Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada posisi atau
peranan orang lain. dalam arti bahwa seseorang secara emosional maupun
intelektual mampu memahami apa yang dirasakan dan dialami orang lain.
3. Sikap
mendukung (supportiveness)
Komunikasi antarpribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada perilaku
supportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling memberikan dukungan
terhadap pesan yang disampaikan.
4. Sikap
positif (positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif
dalam komunikasi interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap
positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita
berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, komunikasi interpersonal terbina jika seseorang
memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi
komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada
yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang yang tidak
menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara menyenangkan terhadap situasi
atau suasana interaksi.
5. Kesetaraan
(Equality)
Dalam setiap situasi, barangkali
terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih
tampan atau cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua
orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan
ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara.
Artinya,, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama
bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang
penting untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang ditandai
oleh kesetaraan,ketidak-sependapatan dan konflik lebih dillihat sebagai upaya
untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai kesempatan untuk
menjatuhkan pihak lain.kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan
menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.
Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain, atau menurut istilah Carl rogers,
kesetaraan meminta kita untuk memberikan ”penghargaan positif tak bersyarat”
kepada orang lain.
2.4. Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai
beberapa tujuan. Di sini akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad,
2004, p. 165-168 ) :
a. Menemukan
Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi
interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam
pertemuan interpersonal dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang
diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan
kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau
mengenai diri kita. Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi
mengenai perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan
diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa
pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
b. Menemukan
Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal
menjadikan kita dapat memahami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain
yang berkomunikasi dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari
komunikasi interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada
kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau
didalami melalui interaksi interpersonal.
c. Membentuk
Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah
membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita
pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk membentuk dan
menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
d. Berubah
Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan
tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan
mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet yang baru, membeli barang
tertentu, melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan
percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah.Kita banyak menggunakan
waktu waktu terlibat dalam posisi interpersonal.
e. Untuk
Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan
utama adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita
pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan
cerita lucu pada umumnya hal itu adalah merupakan pembicaraan yang untuk
menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat
memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari
semua keseriusan di lingkungan kita.
f. Untuk
Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi
menggunakkan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain dalam
interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan seorang
teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang mata kuliah yang
sebaiknya diambil dan lain sebagainya
2.5.
Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya.
Setiap hubungan antarpribadi mengandung unsur-unsur konflik,
pertentangan pendapat atau perbedaan kepentingan. Konflik adalah situasi dimana
tindakan salah satu pihak berakibat menghalangi, menghambat, atau mengganggu
tindakan pihak lain (Johnson, 1981)
Robbins (1996) dalam “Organization Behavior” menjelaskan
bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya
ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh atas
pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.
Sedang menurut Luthans (1981) konflik adalah kondisi yang
ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan
ini bersumber pada keinginan manusia.
Konflik terjadi karena adanya interaksi yang disebut
komunikasi. Hal ini berarti, bila kita ingin mengetahui konflik, kita harus
mengetahui kemampuan dan perilaku komunikasi. Semua konflik mengandung
komunikasi, tapi tidak semua konflik berakar pada komunikasi yang buruk.
Berbagai mitos tentang konflik dipahami berdasarkan dua
sudut pandang, yaitu tradisional maupun kontemporer. Dalam pandangan
tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus dihindari.
Bahkan sering kali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, pertentangan
baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Sebaliknya, pandangan
kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik adalah
sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia.
Menurut Myers, jika komunikasi adalah suatu proses
transaksi, yang berupaya mempertemukan perbedaan individu secara bersama-sama
untuk mencari kesamaan makna, maka dalam proses itu, pasti ada konflik. Konflik
pun tidak hanya diungkapkan secara verbal tapi juga diungkapkan secara
nonverbal seperti dalam bentuk raut muka, gerak badan, yang mengekspresikan
pertentangan.
2.6.
Jenis-Jenis Konflik
Menurut
James A.F. Stoner dan Charles Wankel, terdapat lima jenis konflik yaitu:
- Konflik Intrapersonal
·
Konflik
intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus. Ada tiga macam bentuk aak intrapersonal yaitu :
·
konflik
pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama menarik.
·
Konflik
pendekatan – penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan
yang sama menyulitkan.
·
Konflik
penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
- Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang
dengan orang lain karena pertentangan kepentingan atau keinginan. Hal ini
sering terjadi antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan
lain-lain.
·
Konflik
antar individu dan kelompok
Hal ini seringkali berhubungan dengan cara individu
menghadapi tekanan-tekanan untuk mencapai konformitas, yang ditekankan kepada
mereka oleh kelompok kerja mereka.
Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa seseorang individu
dapat dihukum oleh kelompok kerjanya karena ia tidak dapat mencapai norma-norma
produktivitas kelompok dimana ia berada.
- Konflik antara kelompok
Yang dimaksud disini adalah konflik antara kelompok dalam
organisasi yang sama. Konflik ini merupakan tipe konflik yang banyak terjadi di
dalam organisasi-organisasi. Konflik antar lini dan staf merupakan merupakan
contoh konflik antar kelompok.
- Konflik antara organisasi
Konflik jenis ini biasanya disebut dengan persaingan. Namun
berdasar pengalaman, konflik ini ternyata menyebabkan timbulnya pengembangan
produk-produk baru, teknologi baru dan servis baru, harga lebih rendah dan
pemanfaatan sumber daya secara lebih efisien.
2.7.
Faktor Penyebab Konflik dalam Hubungan Antarpribadi
Ada
beberapa yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dalam suatu hubungan antar
pribadi. Beberapa penyebab tersebut antara lain :
1)
Perbedaan
individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap
orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya.
Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata
ini dapat menjadi faktor penyebab konflik, sebab dalam menjalani hubungan,
seseorang tidak selalu sejalan dengan orang lain.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa
terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2)
Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola
pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu
pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3)
Perbedaan
kepentingan antara individu.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan,
masing-masing orang memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang
dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
2.8.
Aspek-Aspek Positif Konflik
Walau
konflik selalu terdapat dalam hubungan antarpribadi, pada umumnya masyarakat
cenderung menganggap konflik sebagai sesuatu yang buruk dan harus dihindari.
Konflik dipandang dapat merusak suatu hubungan, maka harus dicegah. Jika
konflik mengarah pada kondisi destruktif, memang hal tersebut dapat berdampak
pada penurunan efektivitas suatu hubungan. Misalnya berupa penolakan, acuh tak
acuh, bahkan mungkin muncul luapan emosi destruktif, berupa kekerasan.
Namun
kini banyak orang mulai menyadari bahwa perusak itu bukan terletak pada konflik
itu semata, tapi oleh cara kita menghadapi konflik yang ada. Kegagalan
memecahkan konflik secara konstruktif, adil dan memuaskan kedua pihak lah yang
merusak suatu hubungan. Kini konflik telah mendapat konotasi yang positif,
misalnya sebagai ‘bumbu’ dalam hubungan antarpribadi, baik dalam persahabatan,
keluarga, dan hubungan lainnya.
Sesungguhnya
bila kita mampu mengelola suatu konflik dengan baik, konflik justru
mendatangkan manfaat bagi orang yang mengalaminya. Manfaat positif adanya
konflik antara lain (Johnson,1981) :
- Konflik dapat menjadikan kita
sadar bahwa ada persoalan yang perlu dipecahkan dalam hubungan kita dengan
orang lain. Misalnya kalau anda ingin menonton film horror tapi kekasih
anda ingin menonton film drama, mungkin hal itu menandakan adanya
perbedaan selera diantara kalian berdua yang perlu mendapat perhatian.
- Konflik dapat menyadarkan dan
mendorong kita untuk melakukan perubahan-perubahan dalam diri kita.
Kekasih anda marah karena anda lupa menjemputnya jalan-jalan, sebaiknya
anda sungguh-sungguh mulai belajar mengatur waktu dan membuat catatan
kegiatan dengan cermat.
- Konflik dapat menumbuhkan
dorongan dalam diri kita untuk memecahkan persoalan yang selama ini tidak
jelas kita sadari atau kita biarkan tidak muncul ke permukaan. Konflik
dengan tetangga sebelah karena merasa terganggu oleh suara tape
recorder yang disetel keras-keras mendorong kita untuk menyampaikan
keberatan kita terhadap kebiasaannya membawa teman-teman dan mengobrol
dengan suara keras hampir setiap malam mulai dari gelap hingga menjelang
subuh.
- Konflik dapat menjadikan hidup
seseorang lebih menarik. Perbedaan pendapat dengan seorang teman tentang
suatu hal dapat menimbulkan perdebatan yang memaksa kita lebih mendalami
dan memahami pokok hal tersebut, selain menjadikan hubungan kita tidak
membosankan.
- Perbedaan pendapat akan
membimbing ke arah tercapainya keputusan-keputusan bersama yang lebih
matang dan bermutu. Dua kekasih yang bersitegang memilih restoran mana
yang akan dijadikan tempat makan malam mereka, akhirnya memutuskan untuk
memasak di rumah, menikmati masakan yang dibuat dengan kebersamaan sambil
menonton televisi.
- Konflik dapat menghilangkan
ketegangan-ketegangan kecil yang sering kita alami dalam hubungan kita
dengan seseorang. Sesudah pertengkaran mulut yang cukup dahsyat, seorang
sekretaris akhirnya merasa terbebas dari kejengkelannya pada salah
seorang koleganya yang suka sekali meminjam atau meminta peralatan dan
perlengkapan tulis-menulis dari mejanya. Sesudah didamaikan oleh seorang
teman lain, teman itu berjanji untuk tidak lagi mengganggunya dan akan
lebih cermat merawat barang-barangnya.
- Konflik juga dapat menjadikan
kita sadar tentang siapa atau macam apa diri kita sesungguhnya. Lewat
pertengkaran dengan orang lain, kita menjadi lebih sadar tentang apa yang
tidak kita sukai, apa yang membuat kita tersinggung, apa yang sangat
kita hargai dan sebagainya.
- konflik juga dapat menjadi
sumber hiburan. Kita sengaja mencari sejenis koflik dalam berbagai bentuk
permainan dan perlombaan. Konflik dapat mempererat dan memperkaya
hubungan. Hubungan yang tetap bertahan kendati diwarnai dengan banyak
konflik, justru dapat membuat kedua belah pihak sadar bahwa hubungan
mereka itu sangat berharga. Selain itu juga dapat menjadi semakin erat,
sebab bebas dari ketegangan-ketegangan dan karenanya juga menyenangkan.
Dengan kata lain, konflik dalam hubungan antarpribadi
sesungguhnya memiliki potensi menunjang perkembangan pribadi kita sendiri
maupun perkembangan relasi kita dengan orang lain. Namun dengan catatan kita
mampu menghadapi dan memecahkan konflik-konflik semacam itu secara konstruktif.
Suatu konflik bersifat konstruktif bila sesudah mengalaminya :
a)
Hubungan
kita dengan pihak lain justru menjadi lebih erat, dalam arti lebih mudah
berinteraksi dan bekerjasama.
b)
Kita
dan pihak lain justru lebih saling menyukai dan saling mempercayai.
c)
Kedua
belah pihak sama-sama merasa puas dengan akibat- akibat yang timbul setelah
berlangsungnya konflik.
d)
Kedua
belah pihak makin terampil mengatasi konflik-konflik baru yang terjadi di
antara mereka.
2.9.
Strategi dalam Mengatasi Konflik
Setiap
orang memiliki strateginya masing-masing dalam mengelola konflik.
Strategi-strategi ini merupakan hasil belajar, biasanya dimulai sejak masa
kanak-kanak, dan akan bekerja secara otomatis.
Spiegel
(1994) menjelaskan ada lima tindakan yang dapat kita lakukan dalam penanganan
konflik :
·
Berkompetisi
Pilihan tindakan ini bisa sukses dilakukan jika situasi saat
itu membutuhkan keputusan yang cepat, kepentingan salah satu pihak lebih utama
dan pilihan kita sangat vital. Hanya perlu diperhatikan situasi menang-kalah
akan terjadi disini. Pihak yang kalah akan merasa dirugikan dan dapat menjadi
konflik yang berkepanjangan.
Tindakan ini bisa dilakukan dalam hubungan atasan-bawahan,
dimana atasan menempatkan kepentingannya (kepentingan organisasi) di atas
kepentingan bawahan.
·
Menghindari
konflik
Tindakan ini dilakukan jika salah satu pihak menghindari dari
situsasi tersebut secara fisik ataupun psikologis. Sifat tindakan ini hanyalah
menunda konflik yang terjadi. Menghindari konflik bisa dilakukan jika
masing-masing pihak mencoba untuk mendinginkan suasana, membekukan konflik
untuk sementara.
Dampak kurang baik bisa terjadi jika pada saat yang kurang
tepat konflik meletus kembali, ditambah lagi jika salah satu pihak menjadi
stres karena merasa masih memiliki hutang menyelesaikan persoalan tersebut.
·
Akomodasi
Yaitu jika kita mengalah dan mengorbankan beberapa
kepentingan sendiri agar pihak lain mendapat keuntungan dari situasi konflik
itu. Hal ini dilakukan jika kita merasa bahwa kepentingan pihak lain lebih
utama atau kita ingin tetap menjaga hubungan baik dengan pihak tersebut.
Pertimbangan antara kepentingan pribadi dan hubungan baik menjadi hal yang
utama di sini.
·
Kompromi
Tindakan ini dapat dilakukan jika ke dua belah pihak merasa
bahwa kedua hal tersebut sama-sama penting dan hubungan baik menjadi yang
utama. Masing-masing pihak akan mengorbankan sebagian kepentingannya untuk
mendapatkan situasi yang saling menguntungkan.
·
Berkolaborasi
Menciptakan situasi seri dengan saling bekerja sama. Pilihan
tindakan ada pada diri kita sendiri dengan konsekuensi dari masing-masing
tindakan. Jika terjadi konflik pada lingkungan kerja, kepentingan dan hubungan
antar pribadi menjadi hal yang harus kita pertimbangkan.
Namun biasanya kita tidak menyadari cara bertingkah laku
kita dalam situasi-situasi konflik. Apa yang kita lakukan seolah-olah terjadi
begitu saja. Maka bila kita terlibat dalam suatu konflik dengan orang lain, ada
dua hal yang harus kita pertimbangkan :
Ø Tujuan-tujuan atau
kepentingan-kepentingan pribadi kita. Tujuan-tujuan pribadi ini dapat kita
rasakan sebagai hal yang sangat penting sehingga harus kita pertahankan
mati-matian, atau tidak terlalu penting sehingga dengan mudah kita korbankan.
Ø Hubungan baik dengan pihak lain.
Seperti tujuan pribadi, hubungan dengan pihak lain jug adapat kita rasakan
sebagai hal yang sangat penting atau sama sekali tidak penting.
Ø Cara kita bertingkah laku dalam
suatu konflik dengan orang lain, akan ditentukan oleh seberapa penting
tujuan-tujuan pribadi dan hubungan dengan pihak lain kita rasakan.
2.10.
Jenis – jenis konflik
a.
Competing –
I win, You lose.
Lebih
mementingkan kebutuhan dan tercapainya keinginan kita dibandingkan orang lain.
Akan berpotensi konflik di masa depan.
b.
Avoiding – I
lose, You lose.
Tidak terlalu
perduli dengan keinginan kita maupun orang lain, tak perduli dengan penyebab
konflik dan selalu mengubah topic pembicaraan. Berpotensi akan semakin membesar
dan kronis dimasa mendatang.
c.
Accomodingating
– I lose, You win.
Mengalah dan
mendahulukan kepentingan orang lain. Tujuan utamanya adalah untuk menjaga
keharminisan dan kedamaian. Berpotensi menimbulkan ketidak puasan diri sendiri.
d.
Collaborating
– I win, You lose.
Keinginan dan
kebutuhan semua pihak terpenuhi. Memang membutuhkan waktu yang ama dan adanya
kebesaran hatri untuk saling mendengarkan satu sama lain. Bentuk yang paling
ideal.
e.
Compromising
– I win and lose, You win and lose.
Tidak ada yang
menang dan kalah. Masing – masing saling berkorban untuk tercapainya
kesepakatan. Berpotensi akan menimbulkan ketidak puasan bagi masing – masing
pihak.
2.11. Salah satu contoh konflik social masyarakat
Ini Dia Kronologi Kasus Blowfish
Rabu,
29 September 2010, 19:28 WIB
Bentrokan
di Pengadilan negeri Jakarta tadi siang terjadi saat sidang kasus pembunuhan di
Diskotek Blowfish April lalu. Ini dia kronologi kejadian saat itu:
Insiden yang terjadi di diskotek
Blowfish berawal dari masalah sepele. Awalnya, seorang pengunjung bernama
Albert ditolak memasuki area diskotek yang terletak di Gedung Wisma Mulia. Ditolak
masuk ke dalam diskotek membuatnya tersinggung. Albert ditolak karena tidak
memesan tempat terlebih dulu.
Ketersingungan Albert berujung
pada perselisihan dengan anggota keamanan diskotek. Sang pengunjung yang
dibantu oleh beberapa rekannya sempat terlibat adu jotos dengan anggota keamanan.
Aksi adu jotos cepat mereda dan petugas berhasil mengusir mereka keluar dari gedung. Insiden pertama terjadi pada Sabtu (3/4) dinihari. Namun, insiden ini tidak sampai berujung pada jatuhnya korban.
Aksi adu jotos cepat mereda dan petugas berhasil mengusir mereka keluar dari gedung. Insiden pertama terjadi pada Sabtu (3/4) dinihari. Namun, insiden ini tidak sampai berujung pada jatuhnya korban.
Komplotan Albert yang tak terima
rekannya diusir, melancarkan serangan balasan keesokan harinya, Ahad (4/4).
Serangan tersebut membuat anggota keamanan kocar kacir.
Petugas keamanan kemudian
meminta bantuan beberapa rekannya yang berada di luar diskotek. Alhasil, tarung
bebas terjadi antara kelompok Albert dengan anggota keamanan diskotek.
Keributan itu berujung dengan
tewasnya rekan Albert, M Sholeh. Sholeh tewas akibat luka tusukan di
tubuhnya. Selain Sholeh, perkelahian menewaskan Yopi Inggratubun yang meninggal
setelah dirawat dua minggu di RS Medistra. Yopi juga kawan Albert.
Kepala Bidang Humas Polda Metro
Jaya Kombes Boy Rafli Amar mengungkapkan, perkelahian itu berlatar belakang
kekesalan petugas keamanan diskotek yang sebelumnya dipukul calon pengunjung yang
tidak bisa masuk diskotek. Pasca keributan, polisi mengamankan empat pemuda
yang diduga melakukan tindak pengeroyokan terhadap Sholeh. Bersama mereka,
polisi mengamankan sejumlah barang bukti, di antaranya, balok, minuman keras,
pisau, besi, serta beberapa senjata tajam lainnya.
Meski sudah diajukan ke sidang,
kasus itu belum memuaskan pihak korban. Buktinya, saat sidang dilangsungkan di
PN Jaksel 22 September lalu, pendukung korban mengeroyok terdakwa Bernadus
Malela saat keluar ruang tahanan menuju ruang sidang. Akibatnya, wajah Bernadus
berdarah dan menderita lebam karena terkena bogem mentah. Hal serupa hampir
dialami terdakwa Karnoslolo, namun petugas berhasil mencegah
2.12.
Hasil Analisis dan solusi menurut kelompok kami
Komunikasi
antar pribadi dalam masyarakat sangat diperlukan karena dalam berkomunikasi
kadang bisa terjadi pertikaian dan persahabatan. Masalah-masalah yang terjadi
dalam masyarakat bisa juga disebabkan Cuma masalah sepele yang kadang masalah
yang seharusnya bisa diselesaikan dengan kepala dingin tetapi kebanyakan
menyelesaikan dengan emosi sehingga bisa terjadi masalah seperti di Jakarta
BLOWFISH.
Masalah di
blowfish masuk dalam kategori masalah sepele yang seharusnya bisa diselesaikan
dengan kepala dingin tetapi kenyataannya diselesaikan dengan dendam dan emosi
yang menewaskan beberapa orang dan menjadi bentrok antar kelompok.
Seharusnya
masalah BLOWFISH dapat dihindari jika semua pihak tidak menyelesiakan dengan
emosi.
Dari hasil analisis kelompok
kami, kami dapat memberikan solusi diantaranya :
a. menciptakan perdamaian di antara
kelompok yang bertikai.
yang
dimaksudkan disini adalah tidak membesar-besarkan masalah yang ada sehingga
tetap terciptanya perdamaian antar individu maupun antar kelompok, diselesaikan
dengan kepala dingin, tanpa emosi dan tidak ada dendam satu sama lain.
Contohnya
: Dalam kasus ini dapat dilihat pada saat Albert di jotos oleh keamanan
diskotik dikarenakan memaksa masuk ke dalam diskotik yang sebenarnya Albert
belum cukup umur untuk masuk diskotik. Dari sini dapat dilihat bahwa pihak
keamanan lebih mendahulukan emosi, sehingga menimbulkan masalah yang
berlarut-larut hingga merambat sekarang ini.
b.
semua pihak ikut mendinginkan suasana sehingga konflik tidak semakin meluas.
Mari bersama-sama mendinginkan
masalah, jangan kemudian mengomentari siapa yang salah atau siapa yang
dipersalahkan tapi berusaha mencari solusi yang terbaik agar masalah cepat
selesai dan tidak berlarut-larut.
Contohnya : dalam kasus Blowfish
ini, sebaiknya kelompok yang tidak berkepentingan tidak ikut campur karena yang
ada hanya memperkeruh keadaan, hingga menjatuhkan korban jiwa.
c. seharusnya semua pihak
bersatu untuk mengatasi masalah ini, bukan kemudian menyalahkan orang atau
pihak lain.
Mencari
masalah apa sebenarnya yang menyebabkan masalah itu, bukan malah saling
mempersalahkan satu sama lain.
Contohnya :
mencari duduk awal permasalahan, dan siapa dulu yang memulai awal masalah dan
menjadikan masalah sepele ini menjadi masalah yang sekarang masih berhadapan
dengan hukum.
Dan Menurut
kelompok kami, jenis konflik yang cocok di hubungkan dengan masalah “KONFLIK
BLOWFISH” adalah Competing – I win, You
lose. Yaitu lebih mementingkan kebutuhan dan tercapainya keinginan kita
dibandingkan orang lain. Akan berpotensi konflik di masa depan. Karena dalam
kasus ini setiap kelompok menginginkan kemenangannya semakin merambat hingga
menimbulkan perkelahian antar suku.
Teori
Atribusi, berkenaan dengan cara – cara orang menyimpulkan
penyebab-penyebab perilaku. Dalam teori ini ada 3 asumsi dasar yaitu :
a.
Pertama, orang berusaha untuk menentu penyebab
perilaku. Bila merasa ragu, mereka mencari informasi yang akan membantu mereka
menjawab pertanyaan.
b.
Kedua, orang membagi penyebab-penyebab secara
sistematis.
c.
Ketiga, penyebab yang di hubungkan mempunyai dampak
terhadap perasaan dan perilaku yang memandangnya.
Dari hasil
diskusi kelompok kami, teori yang paling sesuai dengan kasus blowfish adalah
teori atribusi karena tiga asumsi dasar yang ada pada teori atribusi ada
hubungannya dengan contoh kasus yang kami ambil. Jika di hubungkan dengan
asumsi dasar yang pertama, yaitu
orang berusaha untuk menentu penyebab perilaku. Bila merasa ragu, mereka
mencari informasi yang akan membantu mereka menjawab pertanyaan. Contohnya :
Dalam kasus Blowfish, Jakarta kususnya dapat dilihat pada siding di pengadilan
yang sedang berlangsung sampai saat ini. Yang di cari adalah fakta-fakta inti
masalah sebenarnya yang hingga sekarang meluas hingga meninbulkan perkelahian
antar suku antara Maluku dan NTT. Asumsi dasar kedua, yaitu orang membagi penyebab-penyebab secara sistematis.
Contohnya : pada kasus Blowfish ada 3 versi pendapat yang berbeda yaitu Pihak
Polisi, saksi mata, dan Anton
Medan (mantan preman yang kini menjadi ustadz). Menurut versi Polisi kejadian itu dipicu hanya karena masalahnya rebutan “lahan” menjadi security. Menurut
versi Anton Medan, mantan preman yang kini telah menjadi seorang kiai,
menyatakan bahwa konflik atau pertikaian yang melibatkan dua geng di Klub
Blowfish dilatarbelakangi soal perebutan lahan. Namun lahan yang diperebutkan itu, bukanlah
lahan yang Blowfish melainkan lahan yang berada di lokasi lain. Sedangkam menurut
versi saksi mata kejadian di Blowfish di akibatkan karena ada salah
satu pengunjung yang belum cukup umur dan memaksa masuk ke Blowfish yang pada
akhirnya membuat security emosi dan menjotosnya. Asumsi dasar ketiga, yaitu pada kasus Blowfish
kejadian ini terus menerus berlanjut, tidak selesai – selesai hingga menewaskan korban jiwa sehingga
membuat mayarakat sekitar yang ada pada saat kejadian itu berlangsung menjadu
resah, takut, bingung dll.
KESIMPULAN
Komunikasi
intrapribadi atau Komunikasi intrapersonal adalah penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator
sendiri. Komunikasi intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif
dari individu dalam pemrosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang individu
menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan umpan balik bagi dirinya
sendiri dalam proses internal yang berkelanjutan. Komunikasi intrapersonal
dapat menjadi pemicu bentuk komunikasi yang lainnya. Pengetahuan mengenai diri
pribadi melalui proses-proses psikologis seperti persepsi dan kesadaran (awareness) terjadi saat berlangsungnya
komunikasi intrapribadi oleh komunikator. Untuk memahami apa yang terjadi
ketika orang saling berkomunikasi, maka seseorang perlu untuk mengenal diri
mereka sendiri dan orang lain. Karena pemahaman ini diperoleh melalui proses
persepsi. Maka pada dasarnya letak persepsi adalah pada orang yang
mempersepsikan, bukan pada suatu ungkapan ataupun obyek.
Aktivitas dari komunikasi intrapribadi yang kita lakukan
sehari-hari dalam upaya memahami diri pribadi diantaranya adalah; berdo'a,
bersyukur, instrospeksi diri dengan meninjau perbuatan kita dan reaksi hati
nurani kita, mendayagunakan kehendak bebas, dan berimajinasi secara kreatif [1].
Pemahaman diri pribadi ini berkembang sejalan dengan
perubahan perubahan yang terjadi dalam hidup kita. Kita tidak terlahir dengan
pemahaman akan siapa diri kita, tetapi prilaku kita selama ini memainkan
peranan penting bagaimana kita membangun pemahaman diri pribadi ini [2]
Kesadaran pribadi (self
awareness) memiliki beberapa elemen yang mengacu pada identitas spesifik
dari individu (Fisher 1987:134). Elemen dari kesadaran diri adalah konsep diri,
proses menghargai diri sendiri (self
esteem), dan identitas diri kita yang berbeda beda (multiple selves).
Komunikasi memberikan bimbingan kepada peserta komunikasi untuk
saling berbagi asumsi, perspektif dan pengertian mengenai informasi yang
dibicarakan untuk memudahkan proses empati.
KRITIK DAN SARAN
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan tak lupa saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Febrina.
2008. Pengertian KIP/K (Komunikasi Inter Personal/ Konseling). diposting tanggal 8 Februari:
19.41 WIB.
Prakosa,
A. 2007. Pengertian Komunikasi
Antar Pribadi. diposting Jumat, 7 Desember: 20.06 WIB.
Wiryanto.
2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo.
Buku Psikologi Komunikasi, karangan
Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc. Penerbit Rosda
Sasa Djuarsa S., Teori
Komunikasi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2003
John Fiske, Introduction
to Communication Studies, Sage Publications, 1996
Stephen W. Littlejohn, Theories of Human Communiation, Wadsworth Publication, New Jersey,
1996.
Brent D. Ruben, Communication
and Human Behaviour, Prentice Hall, New Jersey, 2004
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
nice
http://www.kholidilamin.com
Posting Komentar