Senin, 29 Oktober 2012
KOMUNIKASI VERBAL
Diposting oleh Unknown di 17.57
Komunikasi verbal
Pengertian secara umum.
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang mengunakan lisan.
Komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi yang sangat efisien yang
memberikan kesempatan berlangsungnya penularan informasi kompleks dari
seseorang kepada orang lain. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa
yaitu fonologi( pengetahuan tentang bunyi-bunyi
dalam bahasa ), sintaksis(
pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat ),
semantik( pengetahuan tentang arti kata
atau gabungan kata-kata ).
Pengertian menurut pada ahli.
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang
menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem
kode verbal (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai
seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol
tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan bahasa secara
fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan sebagai alat yang
dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki bersama,
karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara
anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa
diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut
peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata harus
disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa Indonesia
Yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan tatabahasa
bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:
1. Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where
can I change some money?).
2. Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou
puis-je change de l’argent?).
3. Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann
ich etwasGeld wechseln?).
4. Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar
dinero?).
Fungsi Bahasa
Menurut Larry L. Barker (dalam Deddy Mulyana,2005),
bahasa mempunyai tiga fungsi:
penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi.
Penamaan
atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasikan objek, tindakan, atau
orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi.
Fungsi
interaksi menekankan berbagi gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati
dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan.
Melalui
bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain, inilah yang disebut
fungsi transmisi dari bahasa. Keistimewaan bahasa sebagai fungsi transmisi
informasi yang lintas-waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini, dan
masa depan, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Cansandra L. Book (1980), dalam Human Communication:
Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar komunikasi kita
berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
v
Mengenal
dunia di sekitar kita.
o
Melalui
bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah
suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
v
Berhubungan
dengan orang lain.
o
Bahasa
memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau
mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat
mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
v
Untuk
menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.
o
Bahasa
memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal diri kita,
kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
Keterbatasan
Bahasa
Ø Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili
objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada
objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak
semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili
realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada
dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak.
Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat
dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.
Ø
Kata-kata
bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan
persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar
belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai
makna yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat;
kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi
yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.
Ø
Kata-kata
mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini
terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda,
tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir
sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai
secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda
boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata yang sama.
Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita,
sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.
Komunikasi sering dihubungkan dengan kata Latin communis
yang artinya sama. Komunikasi hanya terjadi bila kita memiliki makna yang sama.
Pada gilirannya, makna yang sama hanya terbentuk bila kita memiliki pengalaman
yang sama. Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan
struktur kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila
komunikan-komunikan berasal dari budaya yang sama, status sosial yang sama,
pendidikan yang sama, ideologi yang sama; pendeknya mempunyai sejumlah maksimal
pengalaman yang sama. Pada kenyataannya tidak ada isomorfisme total.
Ø
Makna
kata
Makna muncul dari
hubungan khusus antara kata (sebagai simbol verbal) dan manusia. Makna tidak
melekat pada kata-kata-kata, namun kata-kata membangkitkan makna dalam pikiran
orang. Jadi tidak ada hubungan langsung antara suatu obyek dan simbol yang
digunakan untuk merepresentasikannya. Pemahaman adalah perasaan subyektif kita
mengenai simbol itu. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya (faktual) dan
lebih bersifat publik. Makna konotatif lebih bersifat pribadi yakni makna di
luar rujukan obyektifnya.
Aspek-aspek dalam Komunikasi Verbal.
a. Vocabulary
(perbendaharaan kata-kata).
Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang
tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
- Racing (kecepatan).
Komunikasi akan lebih efektif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur
dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
- Intonasi suara
akan mempengaruhi arti pesan secara dramatik sehingga pesan akan menjadi
lain artinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara
yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
- Humor
dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan
bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa
mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah
merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
- Singkat dan jelas
Komunikasi akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung
pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
- Timing (waktu yang tepat)
adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti
bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu
untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
Hubungan Komunikasi dengan
Komunikasi Verbal
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada
objek tertentu. Seperti orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan lain
sebagainya. Tidak semua kata yang tersedia untuk menunjuk suatu objek. Satu
kata hanya mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan
demikian, kata bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Oleh
karena itu, ada kalanya kita sulit menamai suatu objek. Pesan verbal sering
digunakan untuk menerangkan sesuatu yang bersifat faktual-deskriptif-rasional.
Komunikasi verbal juga berfungsi untuk mengendalikan
lingkungan dan memudahkan berkomunikasi dengan orang lain dan berbagi
pengalaman serta pengetahuan dengan mereka. Bahkan komunikasi itu terjadi
dengan tidak sengaja. Bisa saja sesuai dengan isi hati atau perasaannya.
Mungkin dengan tidak sengaja seseorang itu menulis sesuatu yang terasa dalam
hatinya.
Jika kita hidup didunia ini tanpa berkomunikasi, maka
dunia ini akan hampa. Setiap hari manusia pasti melakukan komunikasi, salah
satu komunikasi yang dilakukan manusia yaitu komunikasi verbal Hubungkan antara
komunikasi dengan verbal sangat kuat. Komunikasi itu sangat beragam. Setiap
hari manusia pasti melakukan bercakap-cakap, dan menulis. Seorang manusia akan
merasa tidak hidup jika tidak melakukan berkomunikasi.Dengan adanya komunikasi
suatu masalah yang besar dapat dipecahkan dengan cara bermusyawarah.
Komunikasi verbal terlihat pada proses encoding-transmisi
informasi-decoding - feedback. Proses encoding aktivitas
awal komunikator merumuskan isi informasinya ke dalam satu ragam bahasa lalu
penyebaran pesan/ amanat/ informasi kepada komunikan untuk ditafsirkan sehingga
isi informasi dimengerti. Akhirnya oleh komunikan direspons berupa jawaban
yaitu umpan balik.
Pada komunikasi verbal memungkinkan untuk terjadinya
umpan-balik antara komunikator dengan komunikan itu sangat besar. Sehingga
pesan yang diterima oleh komunikan lebih jelas dan langsung dimengerti.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar